
Pernahkah kita mencuba mengingati akan masa lalu………..
Sembilan bulan kita hidup dalam kandungan sang bonda……
Bonda selalu membawa kita kemanapun ia pergi………
Tak pernah ia berfikir untuk meninggalkan kita walau sedetik………
Lalu kita pun lahir dengan tangis pertama kita menyapa dunia ……
Bonda pun selalu ikhlas merawat kita dengan penuh kasih sayang……
Kadang kita telah begitu saja mengambil waktu istirehatnya dengan tangis kita di malam hari……mengganti lampinan kita yang basah, memberikan kita air susu ketika kita lapar………….
Dan kita hanya menangis saja ketika itu………
Kita selalu dipangku dan ditimang-timang
Lalu apa balasan kita waktu itu………..
Kita sering membuat basah baju bonda dengan air kencing kita……
Dan Bunda tak pernah sekalipun memarahi kita……
Usia kita pun beranjak perlahan……
Ingatkah ketika hari pertama kita masuk sekolah……
Setiap pagi, Bonda selalu memandikan kita,………menyuapi kita………mengantar kita dan menunggui kita……
Bonda begitu sabar mengiringi hari kita di sekolah……
Dan kita hanya leka bermain ketika itu……
Lalu ketika kita beranjak remaja………
Bondapun tak henti untuk membimbing kita……
Ketika kita sering pulang terlambat dengan berbagai alasaan……
Bunda hanya menatap dengan penuh cemas……
Padahal mungkin kita hanya bersenang-senang di luar sana……
Ingatkah kita pada saat hari raya idul fitri………
Sering bonda membelikan kita baju, kasut, seluar baru………
Dengan harapan kita akan merasa senang……
Ingatkah pula apa kata kita ketika itu………..
“Ah….bajunya sudah ketinggalan.. tak mau ah” bonda tak tau selera anak muda…
dan bonda hanya tersenyum saja……
Saat kita mengenal cinta akan sesama………
Sering kita membohongi bonda hanya untuk bercinta semata……
Dan bondapun tak pernah lepaskan kasih sayangnya untuk kita……
Ketika bonda berkata………”Nak…….semestinya kamu sekolah dahulu …. Bukannya berkasih-kasihan….””
Lantas kita hanya menjawab ”ibu, saya sudah besar, saya tau apa yg baik buat saya, ibu jangan terlalu mengatur saya !!”
Bonda hanya tersenyum dan menatap kita dengan penuh kasih sayang…
Apakah kita ingat saat kita memasuki bangku kuliah…
Bonda dengan penuh semangat memberikan belanja kuliah kita yang setinggi langit…
Lalu mungkin kita juga hanya bersenang-senang saja dengan dunia yang sedikit beranjak dewasa……
Ketika kita perlukan wang utk mencapai hasrat cinta muda kita……
Sekali lagi kita sering membohongi bonda……
dengan mengatakan….”bu……saya mau wang….untuk biaya praktikal……kira-kira….sekian ringgit..”
Lalu bonda bersuara………….”nak…….apa tidak boleh di tangguhkan…??
Kita dengan segera menjawab…..”tak boleh bu….harus dibayar……..”
Kita tak pernah tahu apa yang ada di benak bonda ketika itu……
Jika saja bonda tahu bahawa itu hanyalah alasan kita semata…..kerana mungkin saja yang sebenarnya adalah kita perlu wang untuk menbiaya atau menyenangkan kekasih tersayang saja…
Dan ternyata bonda selalu saja menyayangi dan berusaha mempercayai kita.
Pada saat kita lulus kuliah………
Kita mungkin melihat betapa bangganya bonda mendapati anaknya sudah menjadi seorang sarjana menangis penuh haru bahagia bonda ketika itu
Lalu tak lama setelah itu……tiba-taba….
“Bu….sekarang saya sudah dewasa……saya ingin menikahi si anu……….kerana saya mencintai dia………boleh kan bu……..?”
Mungkin bonda akan kata ; ”Nak mestinya kamu mencari kerja dulu, lalu setelah sedikit teguh mungkin kamu boleh menikah”
Lalu apa jawab kita; ”Bu! kalau ibu percaya, .saya sanggup untuk memberikan makan dia tanpa ibu kasih, saya harap ibu tidak melarang niat saya untuk menikah sekarang, saya sudah dewasa bu, bukan anak kecil yang segalanya harus ibu perhatikan!! !”
Dan demi kasih sayangnya terhadap kita, maka bondapun sekali lagi meluluskan keinginan kita, sekaligus memberikan kita sedikit bekal untuk mengharungi biduk rumah tangga kita nanti.
Tak berapa lama setelah itu, kitapun merasa sanggup untuk hidup terpisah dari beliau….maka sekali lagi kita merajuk pada bonda.
Pada saat bonda sudah memasuki hari tuanya, kita pun meninggalkan dia dalam hari-hari senjanya.
Dan bonda tak pernah meminta kita untuk menemaninya karena bonda fikir anaknya sudah mempunyai kehidupan sendiri.
Bertahun-tahun kita meninggalkan bonda dan mungkin hanya setahun sekali saja kita menjengok dia, itupun pada saat Hari Raya saja.
Lalu, ketika Bonda sakit di hari tuanya,
Mungkin bonda mengharapkan kasih sayang anaknya boleh sedikit menghibur dia.
Tapi, sering kita mengabaikan harapan bonda……
Kita mungkin merasa disusahkan hanya dengan mengurusi seorang wanita tua yang sudah tak berdaya itu, .maka dengan tanpa ragu lagi kita hantarkan bonda pada sebuah rumah kebajikan, kita tinggalkan bonda dengan segala harapannya terhadap kita.
Lalu pada saat Allah hendak menjemput dia, kita mungkin sedang tenggelam dalam kehidupan yang sudah menyita sebahagian hati nurani kita.
Hingga satu hari terdengar bunyi dering telefon yang memberikan khabar bahwa bonda telah tiada.
Dan aku tak berani katakan bahwa mungkin saja hati kita sudah bebal dan telinga kita sudah tuli akan kenyataan ini.
Ada sesal mungkin di sana, .sesal yang tak akan terbalas dengan sejuta tetesan air mata kita.
Dan kitapun hanya meratapi kepergian bonda, ya bonda yang sudah mencetak kita dengan segenap kasih sayang bonda yang tak terperi ketulusannya, sesal yang tiada guna ketika kita tahu bonda pergi bersama setitik harapan bonda bahawa dia ingin anaknya ada ketika hembusan nafasnya yang terakhir memutuskan kehidupannya.
Dan kita hanya terpakur menatap bekunya batu nisan bertahtakan nama bonda. Itupun jika masih ada secubit nurani kita yang masih berwarna putih.
Kutuliskan ini, untuk mengenang bahawa bonda adalah pembawa syurga buat anaknya, mungkin ini tak semua benar, tapi tak mustahil ini terjadi dan ada di dunia ini.
Bonda, .aku menyayangi bonda seperti aku menyayangi syurgaNYA.
Maafkan anakmu ya bonda.
Peluk cium anakmu selalu.
Sembilan bulan kita hidup dalam kandungan sang bonda……
Bonda selalu membawa kita kemanapun ia pergi………
Tak pernah ia berfikir untuk meninggalkan kita walau sedetik………
Lalu kita pun lahir dengan tangis pertama kita menyapa dunia ……
Bonda pun selalu ikhlas merawat kita dengan penuh kasih sayang……
Kadang kita telah begitu saja mengambil waktu istirehatnya dengan tangis kita di malam hari……mengganti lampinan kita yang basah, memberikan kita air susu ketika kita lapar………….
Dan kita hanya menangis saja ketika itu………
Kita selalu dipangku dan ditimang-timang
Lalu apa balasan kita waktu itu………..
Kita sering membuat basah baju bonda dengan air kencing kita……
Dan Bunda tak pernah sekalipun memarahi kita……
Usia kita pun beranjak perlahan……
Ingatkah ketika hari pertama kita masuk sekolah……
Setiap pagi, Bonda selalu memandikan kita,………menyuapi kita………mengantar kita dan menunggui kita……
Bonda begitu sabar mengiringi hari kita di sekolah……
Dan kita hanya leka bermain ketika itu……
Lalu ketika kita beranjak remaja………
Bondapun tak henti untuk membimbing kita……
Ketika kita sering pulang terlambat dengan berbagai alasaan……
Bunda hanya menatap dengan penuh cemas……
Padahal mungkin kita hanya bersenang-senang di luar sana……
Ingatkah kita pada saat hari raya idul fitri………
Sering bonda membelikan kita baju, kasut, seluar baru………
Dengan harapan kita akan merasa senang……
Ingatkah pula apa kata kita ketika itu………..
“Ah….bajunya sudah ketinggalan.. tak mau ah” bonda tak tau selera anak muda…
dan bonda hanya tersenyum saja……
Saat kita mengenal cinta akan sesama………
Sering kita membohongi bonda hanya untuk bercinta semata……
Dan bondapun tak pernah lepaskan kasih sayangnya untuk kita……
Ketika bonda berkata………”Nak…….semestinya kamu sekolah dahulu …. Bukannya berkasih-kasihan….””
Lantas kita hanya menjawab ”ibu, saya sudah besar, saya tau apa yg baik buat saya, ibu jangan terlalu mengatur saya !!”
Bonda hanya tersenyum dan menatap kita dengan penuh kasih sayang…
Apakah kita ingat saat kita memasuki bangku kuliah…
Bonda dengan penuh semangat memberikan belanja kuliah kita yang setinggi langit…
Lalu mungkin kita juga hanya bersenang-senang saja dengan dunia yang sedikit beranjak dewasa……
Ketika kita perlukan wang utk mencapai hasrat cinta muda kita……
Sekali lagi kita sering membohongi bonda……
dengan mengatakan….”bu……saya mau wang….untuk biaya praktikal……kira-kira….sekian ringgit..”
Lalu bonda bersuara………….”nak…….apa tidak boleh di tangguhkan…??
Kita dengan segera menjawab…..”tak boleh bu….harus dibayar……..”
Kita tak pernah tahu apa yang ada di benak bonda ketika itu……
Jika saja bonda tahu bahawa itu hanyalah alasan kita semata…..kerana mungkin saja yang sebenarnya adalah kita perlu wang untuk menbiaya atau menyenangkan kekasih tersayang saja…
Dan ternyata bonda selalu saja menyayangi dan berusaha mempercayai kita.
Pada saat kita lulus kuliah………
Kita mungkin melihat betapa bangganya bonda mendapati anaknya sudah menjadi seorang sarjana menangis penuh haru bahagia bonda ketika itu
Lalu tak lama setelah itu……tiba-taba….
“Bu….sekarang saya sudah dewasa……saya ingin menikahi si anu……….kerana saya mencintai dia………boleh kan bu……..?”
Mungkin bonda akan kata ; ”Nak mestinya kamu mencari kerja dulu, lalu setelah sedikit teguh mungkin kamu boleh menikah”
Lalu apa jawab kita; ”Bu! kalau ibu percaya, .saya sanggup untuk memberikan makan dia tanpa ibu kasih, saya harap ibu tidak melarang niat saya untuk menikah sekarang, saya sudah dewasa bu, bukan anak kecil yang segalanya harus ibu perhatikan!! !”
Dan demi kasih sayangnya terhadap kita, maka bondapun sekali lagi meluluskan keinginan kita, sekaligus memberikan kita sedikit bekal untuk mengharungi biduk rumah tangga kita nanti.
Tak berapa lama setelah itu, kitapun merasa sanggup untuk hidup terpisah dari beliau….maka sekali lagi kita merajuk pada bonda.
Pada saat bonda sudah memasuki hari tuanya, kita pun meninggalkan dia dalam hari-hari senjanya.
Dan bonda tak pernah meminta kita untuk menemaninya karena bonda fikir anaknya sudah mempunyai kehidupan sendiri.
Bertahun-tahun kita meninggalkan bonda dan mungkin hanya setahun sekali saja kita menjengok dia, itupun pada saat Hari Raya saja.
Lalu, ketika Bonda sakit di hari tuanya,
Mungkin bonda mengharapkan kasih sayang anaknya boleh sedikit menghibur dia.
Tapi, sering kita mengabaikan harapan bonda……
Kita mungkin merasa disusahkan hanya dengan mengurusi seorang wanita tua yang sudah tak berdaya itu, .maka dengan tanpa ragu lagi kita hantarkan bonda pada sebuah rumah kebajikan, kita tinggalkan bonda dengan segala harapannya terhadap kita.
Lalu pada saat Allah hendak menjemput dia, kita mungkin sedang tenggelam dalam kehidupan yang sudah menyita sebahagian hati nurani kita.
Hingga satu hari terdengar bunyi dering telefon yang memberikan khabar bahwa bonda telah tiada.
Dan aku tak berani katakan bahwa mungkin saja hati kita sudah bebal dan telinga kita sudah tuli akan kenyataan ini.
Ada sesal mungkin di sana, .sesal yang tak akan terbalas dengan sejuta tetesan air mata kita.
Dan kitapun hanya meratapi kepergian bonda, ya bonda yang sudah mencetak kita dengan segenap kasih sayang bonda yang tak terperi ketulusannya, sesal yang tiada guna ketika kita tahu bonda pergi bersama setitik harapan bonda bahawa dia ingin anaknya ada ketika hembusan nafasnya yang terakhir memutuskan kehidupannya.
Dan kita hanya terpakur menatap bekunya batu nisan bertahtakan nama bonda. Itupun jika masih ada secubit nurani kita yang masih berwarna putih.
Kutuliskan ini, untuk mengenang bahawa bonda adalah pembawa syurga buat anaknya, mungkin ini tak semua benar, tapi tak mustahil ini terjadi dan ada di dunia ini.
Bonda, .aku menyayangi bonda seperti aku menyayangi syurgaNYA.
Maafkan anakmu ya bonda.
Peluk cium anakmu selalu.

Tiada ulasan:
Catat Ulasan