26 April, 2009

Edisi III

"Sesungguhnya agama yang syah pada pandangan Allah ialah Islam".
(Q.S. Ali Imran 19)

"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."

(Q.S. Ali Imran 85)

Menyikapi dua dari sekian banyak firman Allah Swt yang senada dengan yang tersebut diatas, tentu saja akan timbul tanda tanya besar dalam hati kita. Apa sesungguhnya hikmah yang tersirat dibalik ayat-ayat tersebut?
Kenapa begitu tegasnya Allah Swt menyatakan bahwa: Satu-satunya agama yang syah dan sempurna, penyempurna dari semua agama Allah yang ada ialah Islam.

Apa sesungguhnya Islam itu bagi kita dan bagi kehidupan umat manusia didunia ini?

Jujur kita katakan bahwa sebagian dari kita memeluk Islam itu hanya karena ikut-ikutan saja, misalnya kakek-nenek Islam, paman-bibi Islam, ayah-ibu Islam, maka dengan spontan kita menyatakan bahwa agama kita Islam juga. Atau bisa juga ketika membuat KTP(Kartu Tanda Penduduk) untuk mengisi format agama, tanpa ragu kita menyatakan agama Islam.
Demikian diantaranya contoh-contoh Islam yang hanya sekedar ucapan dan prasyarat suatu identitas tanpa mau merenungkan mengapa kita memilih Islam sebagai agama yang kita ikuti dan kita anut. Jika memang demikian keadaannya, maka sudah sepantasnyalah keislaman yang kita banggakan dan melekat sebagai identitas diri itu perlu kita ragukan dan kita pertanyakan keabsyahannya.

Sudah benarkah Islam kita?
Apakah sudah dianggap Islam diri kita dengan hanya sekedar mengucapkan dua kalimah syahadat saja?

Jika memang masih ada keraguan, alangkah baiknya kita mencari kyai atau ulama untuk dapat mengislamkan kembali diri kita dalam artian minta bimbingan dan petunjuk tentang Islam yang sebenarnya.
Allah Swt telah berfirman dalam hadits qudsi:

"Awalludin ma'rifatullah"

Awal agama adalah mengenal Allah. Selagi kita belum dapat mengenal Allah dengan sebenar-benarnya pengenalan, maka tetap kita dipandang orang yang tidak beragama/ belum beragama. Dengan demikian seluruh ibadah yang telah lakukan dan yang akan kita lakukan tetap dipandang tidak syah.

Bagaimana caranya kita dapat mengenal Allah itu?

Allah Swt memberikan jawaban:

"Kenalilah, carilah, Sir atau rahasia diriku didalam dirimu. Karena Sir atau rahasiaku sudah ada dalam dirimu. Hanya kamu tidak mengetahuinya."

Bukankah Allah itu dekat bahkan teramat dekat dari pada urat lehermu sendiri, begitu dekatnya aku denganmu. Maka kamu tidak akan dapat melihat urat lehermu sendiri. Itulah mantik yang harus engkau renungkan wahai saudaraku.

Adapun jalan untuk untuk mengadakan pengenalan kepadanya, ada tiga jalan yang harus dilalui setahap demi setahap karena tanpa menempuh tiga jalan itu kamu tidak akan pernah sampai kepadanya. Jalan itu adalah:

1.
Ketahuilah olehmu asal muasal kejadian dirimu. Bukankah tadinya kamu itu tidak ada lalu dengan Qudrat dan Iradatnya kamu diadakan, dan dengan Qudrat dan Iradatnya pula pada masa yang telah ditentukan, kamu akan dikembalikan kepada ketiadaan.
2.
Ketahuilah olehmu siapa dan bagaimana dirimu itu sebenarnya(Mengenal Diri).
3.
Mematikan Diri. Mati dalam artian maknawiyah, karena hanya dengan kematian maknawiyah seseorang akan mencapai derajat insanul kamil mukamil(sempurna diatas sempurna).

Allah berfirman dalam hadits qudsi:

"Carilah aku olehmu, bila kau temukan aku maka akan aku bunuh engkau, setelah aku bunuh maka matilah engkau, dan setelah engkau mati maka aku gantikan engkau akan diriku."

"Barang siapa mengenal dirinya maka niscaya akan dikenal Tuhannya. Dikenal Tuhannya, binasalah dirinya."

Nabi Muhammad juga bersabda:

" Bermula Adam itu dosa yang lebih besar, maka tiap-tiap diri(tubuh) yang berdosa tidaklah sempurna untuk mengenal Allah, walaupun bagaimana berbaktinya tetap tidak sempurna karena berbakti itu adalah umpama diri(tubuh) dengan ruh, maka dari itu ketahuilah sir (rahasia) Allah yang sebenar-benarnya didalam rahasianya yang ada".

Itulah Islam, Islam itu artinya suci atau fitrah. Maka seluruh aktifitas atau amaliah hidup ini akan bermuara pada kesucian.

Karena suci atau fitrah itu tiada lain dan tiada bukan adalah dirinya sendiri. Dan dirinya itulah diri yang sebenar-benarnya diri yang hidup , tiada akan pernah mati.

"Kamu peroleh ilmu dari yang mati maka ilmumu mati. Namun jika kamu peroleh ilmu itu dari yang hidup, maka ilmumu akan hidup dan tiada akan pernah mati."

Tiada ulasan:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails